Senin, 12 Agustus 2013

Sepenggal Pengalaman Ruhani Seorang dokter Tentang Kematian

       *Taufik Pasiak, yah itulah namanya, dengan segudang pengalaman di bidang kedokteran. Kakanda adalah seorg pakar Neurosains, yang juga dokter di RSU Prof. Kandou, Manado. Karya-karya bang Taufik yang spektakuler diantaranya buku berjudul; "REVOLUSI IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan Al Quran", "Unlimited Potency of the Brain"...., dll.
Berikut penuturan kisahnya:

       #‎Pukul‬ 4.30, subuh tadi (5 syawal 1434/12 Agustus 2013), seorang kawan mengirim pesan singkat BBM, katanya ia sedang ada di muka pintu pagar rumah saya. "Mohon bantuan karena ada keluarga yang tampaknya sekarat". Bergegas saya turun dan segera melaju dengan motor menuju rumah yang meski tak begitu jauh, tetapi karena jalan yang memutar, maka saya harus menempuh dengan waktu kl 15 menit. Setiba di rumah sesegera saya langsung menjumpai seorang lelaki tua, terbaring di tempat tidur dengan wajah tenang. di sekelilingnya sudah ada isteri, anak perempuan dan 2 orang keluarga dekatnya. Seketika saya meraba dari ujung kaki hingga dahi, memegang nadinya untuk menemukan denyut nadi, menekan dengan keras beberapa kuku jari kaki dan tangan, meraba pembuluh darah leher, memeriksa pupil matanya dengan senter, memeriksa tekanan darah, dan kalau-kalau denyut jantungnya masih ada, dll. Kesimpulan saya: tanda-tanda vital (vitae: hidup) sudah tidak ada lagi. Karena itu sudah memenuhi kriteria kematian klinis. Namun, advis saya kepada keluarga agar menunggu setidaknya 1-2 jam lagi untuk dapat memastikan ybs sudah wafat secara biologis. Sudah 3 kali saya menemukan kasus seperti ini, tetapi hampir sejam usai kematian klinis ini, pasien menunjukkan lagi tanda-tanda vital (kehidupan). Artinya, setelah mati klinis terjadi lagi kehidupan. Dalam pekerjaan profesional saya sebagai dokter, setidaknya dalam 17 tahun menjadi dokter, saya sudah menyaksian secara langsung dan memutuskan kl lebih 200 kematian. Ada 2 kematian klinis yang kemudian muncul lagi tanda-tanda vital (hidup lagi) dan satu orang yang secara klinis sudah wafat, tetapi masih bisa berbicara secara serius dengan saya. Kejadian 'orang mati berbicara' itu terjadi tak jauh dari tempat praktik saya sekitar tahun 1998. Semua vital sign sudah ndak ada, tetapi ybs masih berbicara beberapa hal penting dengan saya secara serius dan sungguh2. Meski heran luar biasa kepada keluarga saya menyampaikan beberapa hal. kl 30 menit meninggalkan rumahnya saya dikabari bahwa ybs sudah tidak lagi berbicara, dan esoknya kemudian dikuburkan. Ahli terkenal Leonardo da Vinci berujar: "satu-satunya alasan yang membuat saya percaya pada Tuhan adalah bahwa Dia sanggup menghidupkan dan mematikan seseorang". Iskandar Zulkarnaen, yang dalam buku2 teks barat dipanggil sebagai Alexander the Great, seorang raja penguasa Timur dan Barat, yang semua orang tunduk padanya, meninggal karena sengatan seekor nyamuk saja. Dia meninggalkan teladan kematian yg luar biasa: jenazahnya di arak di seluruh negeri sembari sang pengusung berteriak (sebagaimana diamanatkan sang Raja): "inilah Iskandar Zulkarnaen, raja Timur dan Barat, ketika wafat, hanya berada dalam tandu ini". Iskandar mau mengajarkan bahwa ketika wafat tak ada harta, tahta, populartas, dan milik apapun yang dibawa, selain amal kebaikan. "sungguh kematian itu menjadi nasihat", 'dan setiap yang bernyawa pasti akan mati". (catatan: yang saya jenguk tadi pagi adalah Bp.Drs.Harmen Sirohan, M.Ag., pensiunan dosen STAIN Manado)